Kadar Air Dalam Sampel (Cara Xylol
LAPORAN
LENGKAP
Nama
: Al-Alif
NIS
: 124770
Kelas
: 3B
Kelompok
: B.1.1
Tanggal
Mulai
: 11 November 2014
Tanggal
Selesai
: 11 November2014
Judul
Penetapan
: Penetapan Kadar Air Dalam Sampel (Cara Xylol)
Tujuan
Penetapan :
·
Untuk menentukan kadar air dalam
suatu sampel dengan metode Xylol
·
Untuk mengetahui metode yang
digunakan untuk penentuan kadar air dalam sampel.
Dasar
Prinsip
:
Metode penyulingan dengan pelarut yang
tidak dapat dicampur,atau lebih dikenal dengan metode Xylol (ksilena). Sampel
yang mengandung air akan menguap. Pada metode tersebut menggunakan alat
“aufhauser” atau alat penerima bitwell atau stirling,dilengkapi
dengan labu dan pendinginliebig Ksilena mempunyai titik didih lebih besar
dari pada air sehingga bila dipanaskan air yang lebih dahulu menguap.
Landasan
Teori
:
Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarutyang penting, yang
memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya
dengan mengalirinya arus listrik. Proses ini disebut
elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap
dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan
ion hidrokida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain
terurai menjadi gas oksigen (O2),
melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan
OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa
molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat
dituliskan sebagai berikut.
Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat
kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya
garam-garam) disebut sebagai zat-zat “hidrofilik” (pencinta air), dan zat-zat
yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut
sebagai zat-zat “hidrofobik” (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air
ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya
tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul
air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul
air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air.
Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat
polar. Air memiliki sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen
akibat pasangan elektron yang (hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah
muatan parsial positif (σ+) dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi
karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom
hidrogen—yang berarti, ia (atom oksigen) memiliki lebih “kekuatan tarik” pada
elektron-elektron yang dimiliki bersama dalam molekul, menarik
elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga berarti menarik muatan negatif
elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di sekitar atom oksigen
bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-daerah di sekitar kedua atom
hidrogen.Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami
kepolarannya.
Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan
oleh kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat
sejumlah kecil air ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi atau
terlarutkan (non-soluble); air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah tetesan.
Di atas sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan amat halus air
dapat membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular
antara gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi
antar molekul air.
Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan
dengan membran dan permukaan protein yang bersifat hidrofilik; yaitu,
permukaan-permukaan yang memiliki ketertarikan kuat terhadap air.
Air Dalam Bahan Pangan
Meskipun sering diabaikan, air
merupakan salah satu unsur penting dalam makanan. Air sendiri meskipun bukan
merupakan sumber nutrien seperti bahan makanan lain, namun sangat esensial
dalam kelangsungan proses biokimia organisme hidup. Salah satu pertimbangan
penting dalam penentuan lokasi pabrik pengolahan bahan makanan adalah adanya
sumber air yang secara kualitatif memenuhi syarat. Dalam pabrik pengolahan
pangan, air diperlukan untuk berbagai keperluan misalnya : pencucian,
pengupasan umbi atau buah, penentuan kualitas bahan (tenggelam atau
mengambang), bahan baku proses, medium pemanasan atau pendinginan, pembentukan
uap, sterilisasi, melarutkan dan mencuci bahan sisa (Sudarmadji,2003).
Air dalam bahan pangan berperan
sebagai pelarut dari beberapa komponen di samping ikut sebagai bahan pereaksi,
sedangkan bentuk air dapat ditemukan sebagai air bebas dan air terikat. Air
bebas dapat dengan mudah hilang apabila terjadi penguapan atau pengeringan,
sedangkan air terikat sulit dibebaskan dengan cara tersebut. Sebenarnya air
dapat terikat secara fisik, yaitu ikatan menurut sistem kapiler dan air terikat
secara kimia, antara lain air kristal dan air yang terikat dalam sistem
dispersi (Purnomo,1995).
Air di dalam bahan pangan ada dalam
tiga bentuk, yaitu: (1) air bebas, (2) air terikat lemah atau air teradsorbsi,
dan (3) air terikat kuat. Pada umumnya air bentuk pertama dan yang kedua
dominan, sedangkan air terikat jumlahnya sangat kecil.
1.
Air Bebas
Air bebas ada didalam ruang antar
sel, intergranular, pori-pori bahan, atau bahkan pada permukaan bahan. Air
bebas sering disebut juga sebagai aktivitas air atau “water activity” yang
diberi notasi Aw. Disebut aktivitas air, karena air bebas mampu membantu
aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi pada bahan
pangan. Didalam air bebas terlarut beberapa nutrient yang dapat dimanfaatkan
oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang. Adanya nutrient terlarut tersebut
juga memungkinkan beberapa reaksi kimia dapat berlangsung. Oleh sebab itu,
bahan yang mempunyai kandungan atau nilai Aw tinggi pada umumnya cepat
mengalami kerusakan, baik akibat pertumbuhan mikroba pembusuk maupun akibat
terjadinya reaksi kimia tertentu, seperti oksidasi dan reaksi enzimatik. Air
bebas sangat mudah untuk dibekukan maupun diuapkan
2. Air Teradsorbsi.
Air yang terikat lemah atau air
teradsorbsi terserap pada permukaan koloid makromolekul (protein, pati, dll)
bahan. Air teradsorbsi juga terdispersi diantara koloid tersebut dan
merupakan pelarut zat-zat yang ada dalam sel. Ikatan antara air dengan koloid
merupakan ikatan hidrogen. Air teradsorbsi relatif bebas bergerak dan relatif
mudah dibekukan ataupun diuapkan.
3. Air Terikat Kuat
Air terikat kuat sering juga disebut
air hidrat, karena air tersebut membentuk hidrat dengan beberapa molekul lain
dengan ikatan bersifat ionik. Air terikat kuat jumlahnya sangat kecil dan
sangat sulit diuapkan dan dibekukan.
Air yang terdapat dalam bentuk bebas
dapat membantu terjadinya proses kerusakan bahan makanan misalnya proses
mikrobilogis, kimiawi, ensimatik, bahkan oleh aktivitas serangga perusak
(Sudarmadji,2003).
Jumlah air bebas dalam bahan pangan
yang dapat digunakan oleh mikroorganisme dinyatakan dalam besaran aktivitas air
(Aw = water activity). mikroorganisme memerlukan kecukupan air
untuk tumbuh dan berkembang biak. Seperti halnya pH, mikroba mempunyai niali Aw
minimum, maksimum dan optimum untuk tumbuh dan berkembang biak ( Ahmadi &
Estiasih,2009).
Sampai sekarang belum diperoleh sebuah
istilah yang tepat untuk air yang terdapat dalam bahan makanan. Istilah yang
umumnya dipakai hingga sekarang ini adalah “air terikat”(bound
water). Walaupun sebenarnya istilah ini kurang tepat, karena
keterikatan air dalam bahan berbeda-beda, bahkan ada yang tidak terikat. Karena
itu, istilah “air terikat” ini dianggap suatu sistem yang mempunyai derajat
keterikatan berbeda-beda dalam bahan (Winarno,1992).
Menurut derajat keterikatan air, air
terikat dapat dibagi atas empat tipe.
1. Tipe I adalah molekul air yang terikat pada molekul-molekul
lain melalui suatu ikatan hidrogen yang berenergi besar. Air tipe ini tidak
dapat membeku pada proses pembekuan, tetapi sebagian air ini dapat dihilangkan
dengan cara pengeringan biasa. Air tipe ini terikat kuat dan sering kali
disebut air terikat dalam arti sebenarnya.
2. Tipe II, yaitu molekul-molekul air membentuk ikatan hidrogen
dengan molekul air lain, terdapat dalam mikrokapiler dan sifatnya agak berbeda
dengan air minum. Air ini lebih sukar dihilangkan dan penghilangan air tipe II
akan mengakibatkan penurunan Aw (water activity). Jika air tipe II
dihilangkan seluruhnya, kadar air bahan akan berkisar 3-7 % dan kestabilan
optimum bahan makanan akan tercapai, kecuali pada produk-produk yang dapat
mengalami oksidasi akibat adanya kandungan lemak tidak jenuh.
3. Tipe III adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan
matriks bahan seperti membran, kapiler, serat, dan lain-lain. Air tipe III
inilah yang sering kali disebut dengan air bebas. Air tipe ini mudah diuapkan
dan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-reaksi
kimiawi. Apabila air tipe ini diuapkan seluruhnya, kandungan air bahan berkisar
antara 12-25 % dengan Aw (water activity) kira-kira 0,8% tergantung
dari jenis bahan dan suhu.
4. Tipe IV adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu
bahan atau air murni dengan sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuh
(Winarno,1992).
Ada beberapa metode untuk menentukan kadar air, di
antaranya sebagai berikut:
Metode Pemanasan Langsung
Prinsipnya menguapkan air yang ada
dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat
konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan
murah.
Kelemahan cara ini adalah :
a. Bahan lain disamping air juga ikut
menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat,
minyak atsiri dan lain-lain.
b. Dapat terjadi reaksi selama
pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap. Contoh gula mengalami
dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi.
c. Bahan yang dapat mengikat air
secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
Untuk mempercepat penguapan air
serta menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air ataupun
reaksi yang lain karena pemanasan. Maka dapat dilakukan dengan suhu rendah dan
tekanan vakum. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang lebih mencerminkan
kadar air yang sebenarnya (Sudarmadji.2003).
Metode Penyulingan dengan Pelarut
yang tidak dapat Campur
Lebih dikenal dengan
metode xylol (ksilena). Penetapan ini sangat penting terutama yang
mengandung air dan minyak terbang (volatile oils) yang keduanya dapat mengauap.
Penetapan ini dipakai alat ”aufhauser” atau alat penerima bitwell dan stirling,
dilengkapai dengan labu dan pendingin liebig. Ksilena mempunya titik didih
> titik didih air sehingga bila dipanaskan maka air yang dahulu menguap.
Prinsip penentuan kadar air dengan
destilasi adalah menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai
titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak dapat bercampur dengan air
serta mempunyai berat jenis lebih rendah dari pada air. Zat kimia yang dapat
digunakan antara lain : toluen, xylen, benzen, tetrakhlorethilen dan xylol.
Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak 75-100 ml pada
sampel yang diberikan mengandung air sebanyak 2-5 ml kemudian dipanaskan sampai
mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung
penampung. Karena berat jenis air lebih besar daripada zat kimia tersebut maka
air akan berada dibagian bawah pada tabung penampung. Bila pada tabung
penampung dilengkapi skala maka banyaknya dapat diketahui. Cara destilasi ini
baik untuk menentukan kadar air dalam zat yang kandungan airnya kecil yang
sulit ditentukan dengan cara gravimetri. Penetuan kadar air ini hanya
memerlukan waktu ± 1 jam (Sudarmadji,2003).
Metode Pengering Vacum
Dilakukan untuk menetapkan kadar air
dalam contoh yang akan terurai kalau dipanasskan pada suhu 100o-105oC
Metode Asam Sulfat
Metode ini diuapkan terhadap
zat-zat yang peka terhadap panas, proses ini relatif memerlukan waktu yang
lama. Sampel didalam eksikator vacum dikeringkan dengan asam sulfat pekat.
Metode Karl Fischer
Cara ini adalah dengan menitrasi
sampel dengan larutan iodine dalam metanol. Reagen lain yang digunakan dalam
titrasi ini adalah sulfur dioksida dan piridin. Metanol dan piridin digunakan
untuk melarutkan yodin dan dan sulfur dioksida agar reaksi dengan air menjadi
lebih baik. Selain itu piridin dan methanol akan mengikat asam sulfat yang
terbentuk sehingga akhir titrasi dapat lebih jelas dan tepat. Selama masih ada
air dalam bahan, iodin akan bereaksi tetapi begitu air habis, maka iodin akan
bebas. Titrasi dihentikan pada saat timbul warna iodine bebas. Untuk
memperjelas pewarnaan maka dapat ditambahkan metilen biru dan akhir titrasi
akan memberikan warna hijau. I2 dengan mtilen biru akan berubah warnanya
menjadi hijau. Cara titrasi ini telah berhasil dipakai untuk penentuan kadar
air dalam alkohol, ester-ester, senyawa lipida, lilin, pati, tepung gula, madu,
dan bahan makanan yang dikeringkan. Cara ini banyak dipakai karena memberikan
harga yang tepat dan dikerjakan cepat. Tingkat ketelitiannya lebih kurang 0,5
mg dan dapat ditingkatkan lagi dengan sistem elektroda yaitu dapat mencapai 0,2
mg (Sudarmadji,2003).
Minyak
curah
Minyak goreng sawit yang dikenal dengan istilah minyak
gorengcurah umumnya hanya menggunakan satu kali proses fraksinasi (pemisahan),
sehingga masih mengandung fraksi padat stearin yang relatif lebih banyak dari
minyak goreng bermerek yang menggunakan dua kali proses fraksinasi atau
pemisahan (Anonim, 2012c).
Minyak goreng curah biasanya memiliki warna yang lebih keruh.
Minyak goreng curah ini tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai berwarna
coklat pekat hingga kehitam-hitaman. Karena pemakaian berulang-ulang pada
minyak makan, sangat tidak baik bagi kesehatan. Selain itu minyak goreng yang
sering digunakan secara berkali-kali sampai minyaknya berubah warna menjadi
hitam, kondisi ini tidak membahayakan kesehatan hanya membuat nilai gizi
makanan yang digoreng menjadi turun dan mempengaruhi rasa. Vitamin A dan D
dalam makanan itu sudah
hancur (Bundakata, 2007).
Minyak kelapa
Minyak kelapa murni adalah minyak kelapa yang
dibuat dari bahan baku kelapa segar, diproses dengan pemanasan
terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia.
Penyulingan minyak kelapa dapat berakibat kandungan senyawa-senyawa
esensial yang dibutuhkan tubuh tetap utuh. Minyak kelapa murni dengan kandungan
utama asam laurat ini memiliki sifat antibiotik,
anti bakteri dan jamur. Minyak kelapa murni, atau lebih dikenal
dengan Virgin Coconut Oil (VCO), adalah modifikasi proses
pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar
air dan
kadar asam lemak
bebas yang rendah, berwarna bening, berbau
harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu sekitar lebih
dari 12 bulan (Anonim, 2012d).
Minyak kelapa sebagai produk olahan hasil perkebunan
mempunyai ciri umum berwarna lebih bening dan beraroma harum. Dalam industri
minyak goreng, minyak kelapa dianggap paling sehat dibandingkan dengan minyak
nabati lain seperti minyak jagung, minyak kedelai, minyak canola serta minyak
dari bunga matahari (Anonim, 2012e).
Mutu minyak goreng sangat
dipengaruhi oleh komponen asam
lemaknya karena asam lemak
tersebut akan mempengaruhi sifat
fisik, kimia, dan stabilitas minyak
selama proses penggorengan. Trigliserida dari suatu minyak
atau lemak mengandung sekitar 94-96%
asam lemak. Selain komponen asam lemaknya, stabilitas
minyak goreng dipengaruhi pula derajat ketidakjenuhan
asam lemaknya, penyebaran ikatan rangkap
dari asam lemaknya, serta bahan-bahan yang dapat
mempercepat atau memperlambat terjadinya proses
kerusakan minyak goreng yang terdapat secara
alami atau yang secara sengaja
ditambahkan (Stier, 2003).
Standar mutu minyak goreng telah dirumuskan dan ditetapkan
oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) yaitu SNI 01-3741-2002, SNI ini merupakan
revisi dari SNI 01-3741-1995, menetapkan bahwa standar mutu
minyak goreng seperti pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 6. SNI 01-3741-2002 tentang Standar Mutu Minyak Goreng
KRITERIA
UJI
|
SATUAN
|
SYARAT
|
Keadaan
bau, warna dan rasa
|
-
|
Normal
|
Air
|
%
b/b
|
Maks
0.30
|
Asam
lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat)
|
%
b/b
|
Maks
0.30
|
Bahan
Makanan Tambahan
|
Sesuai
SNI. 022-M dan Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/88
|
|
Cemaran
Logam :
-
Besi (Fe)
-
Tembaga (Cu)
-
Raksa (Hg)
-
Timbal (Pb)
-
Timah (Sn)
-
Seng (Zn)
|
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
|
Maks
1.5
Maks
0.1
Maks
0.1
Maks
40.0
Maks0.005
Maks
40.0/250.0)*
|
Arsen
(As)
|
%
b/b
|
Maks
0.1
|
Angka
Peroksida
|
%
mg 02/gr
|
Maks
1
|
Catatan
* Dalam kemasan kaleng
|
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI)
Xylena
Sebuah ksilena (dari ξύλο Yunani, xylo, "kayu")
adalah hidrokarbonaromatik yang terdiri
dari cincin benzena dengan
dua substituen metil.Tiga xilena isomer masing-masing
memiliki rumus molekul C8H10,meskipun lebih
informatif rumus semi-struktural C6H4 (CH3) 2 juga
digunakan umumnya. Para xilena adalah petrokimia utama, diproduksi
oleh katalitik reformasi
dan juga oleh karbonisasi batubara dalam
pembuatan bahan bakar kokas. Mewakili sekitar
0,5-1% dari minyak mentah (tergantung pada
sumber), xilena ditemukan dalam jumlah kecildalam bahan
bakar bensin dan pesawat. Xilena terutama diproduksi
sebagai bagian
dari aromatik BTX (benzene, toluene dan xilena) diekstrak
dari produk catalytic reforming dikenal
sebagai "reformate". Campuranadalah, cairan tidak
berwarna sedikit berminyak biasa ditemui sebagai
pelarut. Itu bernama pada tahun 1851, yang telah
ditemukan sebagai konstituen
dari tar kayu. Beberapa juta ton diproduksi setiap
tahunnya. Pada tahun 2011, sebuah konsorsium global mulai
pembangunan salah satu dunia tanaman xilena terbesar
di Singapura.
Aplikasi.pelarut
Xylene digunakan sebagai pelarut. Dalam aplikasi ini, campuran isomersering disebut sebagai xilena atau xylol. ksilena Solvent sering mengandung persentase kecil dari etilbenzena. Seperti isomer individu,campuran tidak berwarna, berbau manis, dan mudah terbakar. Bidang aplikasi termasuk industri percetakan, karet, dan kulit. Ini adalahkomponen umum dari tinta, karet, dan perekat. Dalam menipis cat dan pernis, dapat diganti dengan toluena mana pengeringan lebih lambat yang diinginkan, dan dengan demikian digunakan oleh konservator dari benda-benda seni dalam pengujian kelarutan. Demikian itu adalah agen pembersih, misalnya, untuk baja, wafer silikon, dan sirkuit terpadu. Dalam kedokteran gigi, ksilena dapat digunakan untuk melarutkan getah perca,bahan yang digunakan untuk Endodontik (perawatan saluran akar). Dalamindustri perminyakan, ksilena juga merupakan komponen sering pelarutparafin, digunakan ketika pipa menjadi tersumbat dengan lilin parafin.Untuk alasan yang sama, seringkali bahan aktif dalam produk komersial untuk kotoran telinga (cerumen) removal.
Xylene digunakan sebagai pelarut. Dalam aplikasi ini, campuran isomersering disebut sebagai xilena atau xylol. ksilena Solvent sering mengandung persentase kecil dari etilbenzena. Seperti isomer individu,campuran tidak berwarna, berbau manis, dan mudah terbakar. Bidang aplikasi termasuk industri percetakan, karet, dan kulit. Ini adalahkomponen umum dari tinta, karet, dan perekat. Dalam menipis cat dan pernis, dapat diganti dengan toluena mana pengeringan lebih lambat yang diinginkan, dan dengan demikian digunakan oleh konservator dari benda-benda seni dalam pengujian kelarutan. Demikian itu adalah agen pembersih, misalnya, untuk baja, wafer silikon, dan sirkuit terpadu. Dalam kedokteran gigi, ksilena dapat digunakan untuk melarutkan getah perca,bahan yang digunakan untuk Endodontik (perawatan saluran akar). Dalamindustri perminyakan, ksilena juga merupakan komponen sering pelarutparafin, digunakan ketika pipa menjadi tersumbat dengan lilin parafin.Untuk alasan yang sama, seringkali bahan aktif dalam produk komersial untuk kotoran telinga (cerumen) removal.
Penggunaan.laboratorium
Hal ini digunakan di laboratorium untuk membuat mandi dengan es keringuntuk mendinginkan kapal reaksi, dan sebagai pelarut untuk menghilangkan minyak imersi sintetis dari tujuan mikroskop dalammikroskop cahaya. Dalam histologi, ksilena adalah agen yang paling banyak digunakan kliring. Xylene digunakan untuk menghilangkanparafin dari mikroskop kering slide sebelum pewarnaan. Setelahpewarnaan, slide mikroskop yang dimasukkan ke dalam ksilena sebelumpemasangan dengan coverslip.
Hal ini digunakan di laboratorium untuk membuat mandi dengan es keringuntuk mendinginkan kapal reaksi, dan sebagai pelarut untuk menghilangkan minyak imersi sintetis dari tujuan mikroskop dalammikroskop cahaya. Dalam histologi, ksilena adalah agen yang paling banyak digunakan kliring. Xylene digunakan untuk menghilangkanparafin dari mikroskop kering slide sebelum pewarnaan. Setelahpewarnaan, slide mikroskop yang dimasukkan ke dalam ksilena sebelumpemasangan dengan coverslip.
produksi
Xilena dapat diproduksi oleh methylating toluena dan benzena. Melalui proses ISOMAR, rasio isomer dapat dialihkan untuk mendukung p-ksilena, yang paling dihargai.
Xilena dapat diproduksi oleh methylating toluena dan benzena. Melalui proses ISOMAR, rasio isomer dapat dialihkan untuk mendukung p-ksilena, yang paling dihargai.
Alat dan Bahan:
Alat
|
Bahan
|
· Labu
didih
· Oven
pengering
· Masker
· Pipet
volume 25 mL
· Alat
aufhauser
· Hot
plate
· Gelas
piala 100 mL
· Pengaduk
· Batu
didih
· Eksikator
· Neraca
analitik digital
|
· Sampel
minyak goreng
· Aquades
· Larutan
Xylol
|
Cara
Kerja:
·
Ditimbang ± 30 gram sampel dalam
botol timbang 100 mL
·
Dilarutkan dengan pelarut Xylol
·
Dimasukkan kedalam labu didih
·
Diblas botol timbang dengan pelarut
Xylol hingga bersih
·
Ditambahkan Xylol sampai setengah
dari isi labu didih
·
Kemudian dimasukkan batu didih
·
Lalu disambungkan dengan alat
aufhauser
·
Disulingkan diatas hot plate
selama ± 1 jam
·
Setelah cukup 1 jam hot plate
dimatikan dan alat aufhauser dibiarkan dingin.
·
Alat pendingin dibilas dengan Xylol
·
Lalu diangkat alat aufhauser beserta
labunya
·
Setelah dingin betul, air yang
melekat dibagian atas alat aufhauser diturunkan kebawah dengan dikilik bulu
ayam.
·
Kemudian dibaca jumlah air
Pengamatan:
·
Bobot
sampel
= 10,0063 g
·
Volume
air yang terbaca = 0,1 ml
Perhitungan:
%
Air = (ml air yabg dibaca/ bobot sampel)* 100%
= (0,1 / 10,0063)* 100%
= 0,99%
Kesimpulan:
Dari
hasil pengamatan dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa kadar air yang
terdapat dalam sampel minyak adalah 0,99 %
Daftar Pustaka:
·
http://dapurkimia-dapurkimia.blogspot.com/2012/04/metode-penentuan-kadar-air-air-adalah.html
·
http://artikelkesmas.blogspot.com/2013/12/makalah-analisis-kadar-air.html
·
http://en.wikipedia.org/wiki/Xylene
Makassar, 15 Oktober 2014
Guru
pembimbing
Praktikan
Al-Alif
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda